Halaman

Selasa, 27 Maret 2012

praktikum pengukuran pH tanah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tanah merupakan media berdiri tegaknya akar tanaman dan sebagai sumber kehidupan bagi tanaman itu sendiri. Di dalam tanah mengandung banyak sekali unsur-unsur kimia makro maupun mikro seperti N, P, K, Cl, Fe, Ze, Na, Al dll. Setiap unsur memiliki kemampuan yang unik dan berbeda-beda, hal ini tergantung neutron,elektron dan jumlah H+ yang dimilikinya. Dampak yang terjadi dapat mempengaruhi warna tanah, struktur bahkan kesuburan tanah itu sendiri.
Setiap tanah berbeda jumlah nilai H+ hal ini dikarenakan berpengaruh kepada daya aktivitas anion kation, kegiatan mikroorganisme dan sifat yang cocok tanaman tersebut. Pada bidang pertanian hal ini dibutuhkan karena bagaimana menyediakan pH yang cukup bagi tanaman agar tanah tidak terlalu masam ataupun terlalu basa, agar pemberian kapur guna menetralkan tanah tepat. Sehingga tujuan petani untuk menyuburkan tanah guna meningkatkan produktifitas produksi menjadi optimal.
Laporan ini dibuat juga guna menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah sebagai laporan mingguan rutin yang dikumpul setiap praktikum selanjutnya.


1.2  Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan serentak bersama mahasiswa sekelas dengan tujuan : menentukan pH tanah pada sampel tanah yang digunakan praktikum sebelumnya dengan perbandingan tertentu




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



pH di definisikan sebagai kemasamam atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan  netral. Di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) ke beberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cenderung menerimanya.
Reaksi tanah merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi asam-basa  dalam  tanah.  Sejumlah  proses  tanah  dipengaruhi  oleh  reaksi  tanah. Banyak  reaksi kimia dan biokimia  tanah  hanya dapat berlangsung pada reaksi tanah  yang  spesifik.  Laju dekomposisi  ineral  tanah  dan  bahan  organic dipengaruhi oleh  reaksi  tanah.  Pengaruh  reaksi  asam-basa  dalam  tanah  secara  tidak  terhadap  tanaman  adalah  melalui  pengaruhnya  terhadap  kelarutan  dan  ketersediaan  hara tanaman.  Dalam  tanah masam, terdapat  lebih  banyak  ion  H+  daripada  ion  OH-.  Sebaliknya, suatu tanah basa mempunyai lebih banyak ion OH- daripada H+ (Tan, K.H, 1982).
Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng). Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan dominasi mikroorganisme, dalam hubungannya dengan peoses proses yang sangat erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transport gas ke atmosfer.Di bidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N dan hubungannya dengan dampak lingkungan
Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebgai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH suatu larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi lerutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter. pH berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi konsentrasi ion H, makin rendah –log [H+] atau pH tanah, dan makin asam reaksi tanah. Pada umumnya, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral, dan basa. Ion H+ dihasilkan oleh kelompok organik yang dibedakan atas kelompok karboksil dan kelompok fenol.
Tipe keasaman aktif atau keasaman actual disebabkan oleh adanya Ion H+ dalam larutan tanah. Keasaman ini diukur menggunakan suspensi tanah-air dengan nisbah 1 : 1; 1 : 2,5; dan 1 : 5. Keasaman ini ditulis dengan pH (H2O).Tipe keasaman potensial atau keasaman tertukarkan dihasilkan oleh ion H+ dan Al3+ tertukarkan yang diabsorbsi oleh koloid tanah. Potensial keasaman diukur dengan menggunakan larutan tanah-elektrolit, pada umumnya KCl atau CaCl2. Karena ion H dan Al yang diabsorbsi koloid tanah dalam keadaan seimbang (equilibrium) dengan ion H+ dalam larutan tanah maka terdapat hubungan yang dekat antara kejenuhan (H+Al) dan pH, demikian juga dengan persentase kejenuhan basa pada pH. Tanah yang ekstrem asam dengan (H+Al) mendekati 100% kurang lebih mempunyai pH sama dengan asetat pH 3,5
Keasaman (pH) tanah diukur dengan nisbah tanah : air 1 : 2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis dengan pH2,5(H2O). Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan perbandingan tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini agak berbeda dengan pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H.
Untuk tujuan tertentu, misalnya pengukuran pH tanah basa, dilakukan terhadap pasta jenuh air. Hasil pengukuran selalu lebih rendah daripada pH2,5 karena lebih kental dan konsentrasi ion H+ lebih tinggi
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kolorimeter dengan menggunakan indikator (larutan, kertas pH) yang menunjukkan warna tertantu pada pH yang berbeda. Saat ini sudah banyak pH-meter jinjing (portable) yang dapat dibawa ke lapangan. Di samping itu, ada beberapa tipe pH-meter yang dilengkapi dengan elektroda yang secara langsung dapat digunakan untuk pH tanah, tetapi dengan syarat kandungan lengas saat pengukuran cukup tinggi (kandungan lengas maksimum atau mungkin kelewat jenuh). Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5 unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor – faktor lain.
Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin (2 g indikator fenolptalin dalam 200 ml alkohol 90%) yang tidak berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada pH 8,3 – 10,0. Kondisi yang sama dalam pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar biasa asam digunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 g dilarutkan dalam 250 ml 0,006 N NaOH) yang berubah menjadi hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan lebih rendah daripada 3,8.
Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum dapat digunakan indikator universal (campuran 0,02 g metil merah, 0,04 g bromotimol blue, 0,04 g timol blue, dan 0,02 g fenolptalin dalam 100 ml alkohol encer (70%)).
 
BAB III
METODA PRAKTIKUM

A.      TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
            Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah dengan pembahasan mengukur pH tanah dilaksanakan di laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi, pada hari rabu tanggal 2  Nopember 2011 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB.

B.       ALAT DAN BAHAN
Bahan dan alat praktikum yang digunakan yaitu :
  • pH Meter
  • Roll
  • Botol kecil
  • Alat Pengocok
  • Timbangan
  • Stopwatch
  • KCL
  • Akuades
  • Tanah Ultisol
C.      CARA KERJA
Adapun cara praktikum ini adalah :
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Tanah ultisol sebagai sampel praktikum sebelumnya yang berasal dari tanah terganggu ditimbang 5 / 10 gr.
3.      Masukkan dalam botol sampel yang akan dikocok.
4.      Campurkan KCL dengan perbandingan 1 : 2,5 dan 1 : 1 pada botol berikutnya.
5.      Campurkan H2O dengan perbandingan 1 : 2,5 dan 1 : 1 pada botol berikutnya.
6.      Kocok botol dengan mesing pengocok selama ± 15 menit
7.      Endapkan sebentar ± 20 menit.
8.      Ukur dengan pH meter elektroda.
9.      Hasil ditampilkan di papan tulis
10.  Buatlah laporan dari hasil yang didapatkan.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  HASIL PENGAMATAN
Setelah melakukan Pengamatan pada setiap kelompok didapat hasil :
Kel
Pelarut H2O
(perbandingan)
Pelarut KCL 1N
(perbandingan)
Ket
1:1
1:2,5
1:1
1:2,5
Kelompok 1
4,90
4,70
4,04
3,84
Bahan Organik
Kelompok 2
5,81
5,67
4,84
4,53
Bahan Organik
Kelompok 3
5,83
5,69
4,77
4,62
Bahan Organik
Kelompok 4
5,47
5,20
4,50
4,20
Banyak
Liat
Kelompok 5
5,71
5,62
4,73
4,64
Bahan Organik
Kelompok 6
5,43
5,24
4,41
4,19
Bahan Organik

Dengan sampel tanah ultisol yang berbeda jenis tanahnya sebagai contoh dari keterangan pada tabel sifat tanah sebagai bahan organik atau tanah yang mengandung banyak liat.



4.2 PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengocoka, pengukuran hasil sampel berdasarkan pH dapat ditemukan perbedaan yang terjadi pH pada tanah ultisol mengandung pH rata- rata masam. Dengan pH terendah 4,90 sampai pH tertinggi 5,83 dengan pelarut 1:1 H2O tanah bersifat asam. pH terendah 4,70 sampai pH tertinggi 5,69 dengan pelarut 1:2,5 H2O tanah bersifat masam. pH terendah 4,04 sampai pH tertinggi 4,84 dengan pelarut 1:1 KCL 1N tanah bersifat masam. pH terendah 3,84 sampai pH tertinggi 4,84 dengan pelarut 1:2,5 KCL 1N tanah bersifat masam.
Dalam penggunaan zat pelarut yang berbeda sebagai pemisah unsur H+ dengan KCL 1N memisahkan H+ lebih tinggi dibandingkan H20, sehingga ditemukan unsur KCL 1N dapat menghasilkan hasil pH lebih masam dibandingkan H2O. pada ukuran pH naik kemungkinan tekstur pasir lebih banyak terkandung dalam tanah hal ini dikarenakan pasir dapat meningkatkan pH dengan mengurangi asam dalam tanah. Pada tanah sampel yang dipakai keadaan pH bersifat masam dengan pH terendah 3,84, pH ini tidaklah begitu cocok bagi pertumbuhan tanaman karena asamnya cukup tinggi, maka dari itu penggunaan bahan kapur pada tanah ini sangat diperlukan guna menetralkan tanah yang masam. Tanah ultisol dikenal cukup subur sebagai tempa tumbuh tegaknya tanaman. Namun dalam penentuan pH, tanah ini kelihatannya kurang subur bagi tanaman yang suka tumbuh di tanah netral ataupun ber pH tinggi. Karena biasanya dapat menjadikan racun bagi tanaman itu sendiri.




BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
pH merupakan derajat asam basa suatu zat, pH terendah 0 hingga tertinggi 14, dalam nilainya <7 pH bersifat asam, >7 bersifat basa sedangkan 7 netral. Nilai pH terendah didapatkan pelarut KCL 3,84 dan pH tertinggi pada pelarut H2O 5,83 pada tanah ultisol. Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng) karena sangat mudah larut dan tidak diperlukan tanaman dalam jumlah makro. Tanah dalam praktikum ini merupakan tanah ultisol rendah kapur, yang bersifat asam. Pelarut KCL lebih banyak melepas H+ dibandingkan pelarut H2O, hal ini yang memungkin pH terendah didapatkan pada pelarut KCL.
 DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ir. H. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc.2010.Ilmu Tanah.Jakarta.CV Akademika Pressindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar