BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah
merupakan media berdiri tegaknya akar tanaman dan sebagai sumber
kehidupan bagi tanaman itu sendiri. Di dalam tanah mengandung banyak
sekali unsur-unsur kimia makro maupun mikro seperti N, P, K, Cl, Fe, Ze,
Na, Al dll. Setiap unsur memiliki kemampuan yang unik dan berbeda-beda,
hal ini tergantung neutron,elektron dan jumlah H+ yang dimilikinya. Dampak yang terjadi dapat mempengaruhi warna tanah, struktur bahkan kesuburan tanah itu sendiri.
Setiap
tanah berbeda jumlah nilai H+ hal ini dikarenakan berpengaruh kepada
daya aktivitas anion kation, kegiatan mikroorganisme dan sifat yang
cocok tanaman tersebut. Pada bidang pertanian hal ini dibutuhkan karena
bagaimana menyediakan pH yang cukup bagi tanaman agar tanah tidak
terlalu masam ataupun terlalu basa, agar pemberian kapur guna
menetralkan tanah tepat. Sehingga tujuan petani untuk menyuburkan tanah
guna meningkatkan produktifitas produksi menjadi optimal.
Laporan
ini dibuat juga guna menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata
kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah sebagai laporan mingguan rutin yang
dikumpul setiap praktikum selanjutnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan serentak bersama mahasiswa sekelas dengan tujuan :
menentukan pH tanah pada sampel tanah yang digunakan praktikum
sebelumnya dengan perbandingan tertentu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pH
di definisikan sebagai kemasamam atau kebasaan relatif suatu bahan.
Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan
netral. Di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan
basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi
proton (H+) ke beberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa
adalah suatu bahan yang cenderung menerimanya.
Reaksi
tanah merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi asam-basa
dalam tanah. Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi
tanah. Banyak reaksi kimia dan biokimia tanah hanya dapat berlangsung
pada reaksi tanah yang spesifik. Laju dekomposisi ineral tanah
dan bahan organic dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pengaruh reaksi
asam-basa dalam tanah secara tidak terhadap tanaman adalah
melalui pengaruhnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara
tanaman. Dalam tanah masam,
terdapat lebih banyak ion H+ daripada ion OH-. Sebaliknya, suatu
tanah basa mempunyai lebih banyak ion OH- daripada H+ (Tan, K.H, 1982).
Pengaruh
utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat meracun
unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu
(seng). Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan
dominasi mikroorganisme, dalam hubungannya dengan peoses proses yang
sangat erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara
(nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis
senyawa kimia organik dan transport gas ke atmosfer.Di bidang pertanian
pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek
pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N dan hubungannya
dengan dampak lingkungan
Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebgai pH yang artinya –log [H+].
Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH suatu
larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan
menitrasi lerutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti
lagi dengan pH meter. pH berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi konsentrasi ion H, makin rendah –log [H+] atau pH tanah, dan makin asam reaksi tanah. Pada umumnya, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral, dan basa. Ion H+ dihasilkan oleh kelompok organik yang dibedakan atas kelompok karboksil dan kelompok fenol.
Tipe keasaman aktif atau keasaman actual disebabkan oleh adanya Ion H+
dalam larutan tanah. Keasaman ini diukur menggunakan suspensi tanah-air
dengan nisbah 1 : 1; 1 : 2,5; dan 1 : 5. Keasaman ini ditulis dengan pH
(H2O).Tipe keasaman potensial atau keasaman tertukarkan dihasilkan oleh ion H+ dan Al3+ tertukarkan yang diabsorbsi oleh koloid tanah. Potensial keasaman diukur dengan menggunakan larutan tanah-elektrolit, pada umumnya KCl atau CaCl2. Karena ion H dan Al yang diabsorbsi koloid tanah dalam keadaan seimbang (equilibrium) dengan ion H+
dalam larutan tanah maka terdapat hubungan yang dekat antara kejenuhan
(H+Al) dan pH, demikian juga dengan persentase kejenuhan basa pada pH.
Tanah yang ekstrem asam dengan (H+Al) mendekati 100% kurang lebih
mempunyai pH sama dengan asetat pH 3,5
Keasaman (pH) tanah diukur dengan nisbah tanah : air 1 : 2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis dengan pH2,5(H2O).
Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan
perbandingan tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini
agak berbeda dengan pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H.
Untuk
tujuan tertentu, misalnya pengukuran pH tanah basa, dilakukan terhadap
pasta jenuh air. Hasil pengukuran selalu lebih rendah daripada pH2,5 karena lebih kental dan konsentrasi ion H+ lebih tinggi
Pengukuran
pH tanah di lapangan dengan prinsip kolorimeter dengan menggunakan
indikator (larutan, kertas pH) yang menunjukkan warna tertantu pada pH
yang berbeda. Saat ini sudah banyak pH-meter jinjing (portable) yang
dapat dibawa ke lapangan. Di samping itu, ada beberapa tipe pH-meter
yang dilengkapi dengan elektroda yang secara langsung dapat digunakan
untuk pH tanah, tetapi dengan syarat kandungan lengas saat pengukuran
cukup tinggi (kandungan lengas maksimum atau mungkin kelewat jenuh). Kesalahan
pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5 unit pH atau bahkan lebih
besar karena pengaruh pengenceran dan faktor – faktor lain.
Untuk
mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin (2 g indikator
fenolptalin dalam 200 ml alkohol 90%) yang tidak berwarna sangat
bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada pH 8,3 –
10,0. Kondisi yang sama dalam pengukuran pH di lapangan pada kondisi
luar biasa asam digunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 g dilarutkan
dalam 250 ml 0,006 N NaOH) yang berubah menjadi hijau sampai kuning pada
pH 5,3 dan lebih rendah daripada 3,8.
Untuk
mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum dapat digunakan indikator
universal (campuran 0,02 g metil merah, 0,04 g bromotimol blue, 0,04 g
timol blue, dan 0,02 g fenolptalin dalam 100 ml alkohol encer (70%)).
BAB III
METODA PRAKTIKUM
A. TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah dengan pembahasan mengukur pH tanah
dilaksanakan di laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Jambi, pada hari rabu tanggal 2 Nopember 2011 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB.
B. ALAT DAN BAHAN
Bahan dan alat praktikum yang digunakan yaitu :
- pH Meter
- Roll
- Botol kecil
- Alat Pengocok
- Timbangan
- Stopwatch
- KCL
- Akuades
- Tanah Ultisol
C. CARA KERJA
Adapun cara praktikum ini adalah :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tanah ultisol sebagai sampel praktikum sebelumnya yang berasal dari tanah terganggu ditimbang 5 / 10 gr.
3. Masukkan dalam botol sampel yang akan dikocok.
4. Campurkan KCL dengan perbandingan 1 : 2,5 dan 1 : 1 pada botol berikutnya.
5. Campurkan H2O dengan perbandingan 1 : 2,5 dan 1 : 1 pada botol berikutnya.
6. Kocok botol dengan mesing pengocok selama ± 15 menit
7. Endapkan sebentar ± 20 menit.
8. Ukur dengan pH meter elektroda.
9. Hasil ditampilkan di papan tulis
10. Buatlah laporan dari hasil yang didapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Setelah melakukan Pengamatan pada setiap kelompok didapat hasil :
Kel
|
Pelarut H2O
(perbandingan)
|
Pelarut KCL 1N
(perbandingan)
|
Ket
| ||
1:1
|
1:2,5
|
1:1
|
1:2,5
| ||
Kelompok 1
|
4,90
|
4,70
|
4,04
|
3,84
|
Bahan Organik
|
Kelompok 2
|
5,81
|
5,67
|
4,84
|
4,53
|
Bahan Organik
|
Kelompok 3
|
5,83
|
5,69
|
4,77
|
4,62
|
Bahan Organik
|
Kelompok 4
|
5,47
|
5,20
|
4,50
|
4,20
|
Banyak
Liat
|
Kelompok 5
|
5,71
|
5,62
|
4,73
|
4,64
|
Bahan Organik
|
Kelompok 6
|
5,43
|
5,24
|
4,41
|
4,19
|
Bahan Organik
|
Dengan
sampel tanah ultisol yang berbeda jenis tanahnya sebagai contoh dari
keterangan pada tabel sifat tanah sebagai bahan organik atau tanah yang
mengandung banyak liat.
4.2 PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan pengocoka, pengukuran hasil sampel berdasarkan pH dapat
ditemukan perbedaan yang terjadi pH pada tanah ultisol mengandung pH
rata- rata masam. Dengan pH terendah 4,90 sampai pH tertinggi 5,83
dengan pelarut 1:1 H2O tanah bersifat asam. pH terendah 4,70 sampai pH
tertinggi 5,69 dengan pelarut 1:2,5 H2O tanah bersifat masam. pH
terendah 4,04 sampai pH tertinggi 4,84 dengan pelarut 1:1 KCL 1N tanah
bersifat masam. pH terendah 3,84 sampai pH tertinggi 4,84 dengan pelarut
1:2,5 KCL 1N tanah bersifat masam.
Dalam penggunaan zat pelarut yang berbeda sebagai pemisah unsur H+ dengan
KCL 1N memisahkan H+ lebih tinggi dibandingkan H20, sehingga ditemukan
unsur KCL 1N dapat menghasilkan hasil pH lebih masam dibandingkan H2O.
pada ukuran pH naik kemungkinan tekstur pasir lebih banyak terkandung
dalam tanah hal ini dikarenakan pasir dapat meningkatkan pH dengan
mengurangi asam dalam tanah. Pada tanah sampel yang dipakai keadaan pH
bersifat masam dengan pH terendah 3,84, pH ini tidaklah begitu cocok
bagi pertumbuhan tanaman karena asamnya cukup tinggi, maka dari itu
penggunaan bahan kapur pada tanah ini sangat diperlukan guna menetralkan
tanah yang masam. Tanah ultisol dikenal cukup subur sebagai tempa
tumbuh tegaknya tanaman. Namun dalam penentuan pH, tanah ini
kelihatannya kurang subur bagi tanaman yang suka tumbuh di tanah netral
ataupun ber pH tinggi. Karena biasanya dapat menjadikan racun bagi
tanaman itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pH
merupakan derajat asam basa suatu zat, pH terendah 0 hingga tertinggi
14, dalam nilainya <7 pH bersifat asam, >7 bersifat basa sedangkan
7 netral. Nilai pH terendah didapatkan pelarut KCL 3,84 dan pH
tertinggi pada pelarut H2O
5,83 pada tanah ultisol. Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada
ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium),
Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng) karena sangat mudah larut dan tidak
diperlukan tanaman dalam jumlah makro. Tanah dalam praktikum ini
merupakan tanah ultisol rendah kapur, yang bersifat asam. Pelarut KCL
lebih banyak melepas H+ dibandingkan pelarut H2O, hal ini yang memungkin
pH terendah didapatkan pada pelarut KCL.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ir. H. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc.2010.Ilmu Tanah.Jakarta.CV Akademika Pressindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar